Tradisi Grebeg Syawal: Nyekar di Astana Gunung Sembung.
Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi sakral yang penuh makna di Cirebon, khususnya di kompleks makam Sunan Gunung Jati, Astana Gunung Sembung. Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 8 Syawal (8 Wal-Ji-Ro) dalam kalender Aboge dan menjadi momentum penting untuk berziarah atau nyekar ke makam salah satu anggota Walisongo ini. Tidak hanya menjadi ajang berdoa, tradisi ini juga merupakan wujud penghormatan terhadap silsilah leluhur, khususnya raja-raja Kesultanan Kanoman.
Prosesi dan Makna Grebeg Syawal.
Tradisi Grebeg Syawal diawali dengan nyekar di makam Sunan Gunung Jati. Dalam prosesi ini, dilakukan doa tawassul sebagai bentuk pengakuan terhadap jasa para leluhur. Selain itu, perhelatan kenduri atau selametan menjadi bagian penting yang mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang telah diberikan.
Kompleks Astana Gunung Sembung menjadi pusat perhatian ribuan peziarah yang datang dari berbagai wilayah, bukan hanya dari Cirebon tetapi juga luar kota. Hal ini mencerminkan betapa besar penghormatan masyarakat terhadap Sunan Gunung Jati serta para raja dan leluhur yang dimakamkan di kompleks ini.
Kompleks Makam yang Penuh Sejarah.
Astana Gunung Sembung tidak hanya menjadi tempat peristirahatan Sunan Gunung Jati dan keturunannya, tetapi juga Ki Gede dari berbagai wilayah. Beberapa tokoh penting yang dimakamkan di sini antara lain:
- Ki Gede Srengseng.
- Ki Gede Haurgeulis.
- Ki Gede Bayalangu.
- Ki Gede Ujung Semi.
- Ki Gede Palimanan.
- Ki Gede Kedawung.
Keberadaan makam-makam ini menjadikan Astana Gunung Sembung sebagai tempat yang dihormati oleh masyarakat dari berbagai daerah. Banyak pengunjung yang datang untuk berdoa bagi leluhur mereka yang dimakamkan di sini.
Momentum Pembukaan Pintu Langka.
Salah satu momen yang paling dinanti dalam tradisi Grebeg Syawal adalah pembukaan pintu besar, yaitu Lawang Pasujudan. Pintu ini memberikan akses kepada peziarah untuk melakukan doa hingga ke Pintu Teratai, pintu utama menuju Gedung Jinem, tempat makam Sunan Gunung Jati berada.
Pembukaan Lawang Pasujudan ini menjadi pemandangan yang sangat langka, karena hanya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada Grebeg Syawal dan Grebeg Ageng (10 Dzulhijjah). Kesempatan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lebih dekat secara spiritual dengan makam Sunan Gunung Jati.
Tradisi yang Mengundang Ribuan Peziarah.
Antusiasme masyarakat terhadap tradisi Grebeg Syawal tidak hanya menunjukkan rasa cinta kepada leluhur, tetapi juga mempertegas pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam budaya Indonesia. Kompleks makam Sunan Gunung Jati dipadati oleh para peziarah yang ingin menyaksikan iring-iringan dari keraton, berdoa, serta melakukan nyekar untuk keluarga mereka.
Grebeg Syawal adalah tradisi yang mengajarkan kita untuk selalu mengenang dan menghormati jasa leluhur. Dengan prosesi yang sarat makna, tradisi ini menjadi salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan. Tidak hanya bagi masyarakat Cirebon, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia yang mencintai kekayaan budaya bangsa.