Masjid Agung Keraton Kanoman: Pusat Aktivitas Keagamaan dan Tradisi Islam di Cirebon.
Masjid selalu menjadi pusat aktivitas keagamaan yang penting dalam pemerintahan Islam tradisional. Dalam konteks tata ruang tradisional Cirebon, keberadaan masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga simbol harmoni antara agama, budaya, dan pemerintahan. Salah satu contoh yang menonjol adalah Masjid Agung Keraton Kanoman, yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan nilai filosofis.
Tata Letak Keraton Cirebon Berdasarkan Konsep Pranata Wisma.
Dalam ilmu tata ruang tradisional Jawa yang dikenal sebagai Pranata Wisma, tata letak Keraton di Cirebon mengikuti aturan yang mencerminkan harmoni antara alam dan spiritualitas. Keraton selalu menghadap ke utara (laut) dan membelakangi Gunung Ciremai, yang dianggap sakral oleh masyarakat. Di depan keraton, terdapat dua pohon beringin sebagai simbol keseimbangan dan keteduhan, sementara masjid selalu berada di sebelah kiri keraton.
Masjid Agung Keraton Kanoman dibangun pada masa pemerintahan Sultan Badridin, yang memerintah Cirebon pada periode tertentu. Keberadaan makam Syekh Mandalika al-Yamani di kawasan ini menjadi bukti sejarah yang kuat, karena beliau dikenal sebagai penghulu pada era Sultan Badridin.
Renovasi Masjid oleh Sultan Zulkarnaen.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Keraton Kanoman mengalami beberapa renovasi. Salah satu renovasi signifikan dilakukan oleh Sultan Zulkarnaen, yang memerintah antara tahun 1873 hingga 1934. Sultan Zulkarnaen menerapkan konsep arsitektur yang menggabungkan elemen tradisional Islam dengan nuansa kolonial, menciptakan bangunan masjid yang tinggi dan megah. Renovasi ini tidak hanya memperkuat fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol budaya dan sejarah yang terus lestari hingga kini.
Fungsi Masjid dalam Tradisi Panjang Jimat.
Selain sebagai tempat ibadah harian, Masjid Agung Keraton Kanoman memiliki peran penting dalam tradisi keagamaan dan budaya lokal. Setiap malam tanggal 12 Rabiul Awal dalam Kalender Aboge, masjid ini menjadi pusat pelaksanaan prosesi Panjang Jimat, sebuah tradisi yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam tradisi ini, pembacaan srakalan dilakukan di masjid, yang melibatkan masyarakat setempat dalam suasana khusyuk dan penuh makna.
Masjid Agung Keraton Kanoman: Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan.
Sebagai bagian dari warisan budaya Islam dan sejarah Kesultanan Cirebon, Masjid Agung Keraton Kanoman tidak hanya penting bagi komunitas lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata religi. Keberadaan masjid ini mengingatkan kita pada pentingnya menjaga warisan leluhur, baik dalam bentuk fisik bangunan maupun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.