Keraton Kanoman Cirebon

Nadran dan Sedekah Bumi

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi: Wujud Syukur atas Anugerah Alam.

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang melimpah. Tradisi ini mencerminkan penghormatan terhadap kekayaan alam yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia, hewan, tumbuhan, jin, dan makhluk lainnya. Di wilayah Cirebon, khususnya di Gunung Jati dan sekitarnya, tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan dimodifikasi dengan nilai-nilai Islam setelah agama Islam berkembang di daerah tersebut.

Sejarah dan Akulturasi Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi.

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi awalnya merupakan ritual masyarakat pra-Islam. Ketika Islam mulai berkembang di Cirebon melalui peran tokoh-tokoh seperti Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati, tradisi ini diakulturasi dengan nilai-nilai tauhid dan rasa syukur kepada Allah SWT. Dengan pendekatan ini, tradisi menjadi salah satu media dakwah yang efektif dalam menyebarkan Islam dan memadukannya dengan budaya lokal. Akulturasi ini telah menjadikan tradisi Nadran dan Sedekah Bumi sebagai identitas budaya dan tonggak peradaban masyarakat Cirebon.

Pelaksanaan Tradisi.

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi di Keraton Kanoman Cirebon dilaksanakan pada Jumat terakhir Bulan Kapit - Zulkaidah (Dah-Ro-Ji Kalender Aboge). Acara ini dimulai pada pukul 06.00 pagi, diawali dengan berkumpulnya Sultan atau Patih beserta keluarga besar Keraton, abdi dalem, jeneng, penghulu, dan masyarakat di Astana Gunung Sembung. Setelah itu, rangkaian prosesi dimulai dengan langkah-langkah berikut:
  1. Doa di Sungai Condong: Rombongan bergerak menuju Sungai Condong di Gunung Jati untuk melaksanakan doa bersama. Doa ini dipanjatkan kepada Allah SWT dan Nabiyullah Khidir AS, yang diyakini sebagai penjaga lautan.
  2. Tasyakuran Sedekah Bumi: Setelah dari Sungai Condong, rombongan melanjutkan prosesi dengan doa tasyakuran di Pendopo Paseban, yang terletak di kompleks Astana Gunung Sembung (Maqbaroh Sunan Gunung Jati). Doa dan tawassul ditujukan kepada para nabi, wali, dan khususnya kepada Sunan Gunung Jati, sebagai penghormatan atas jasa beliau dalam menyebarkan Islam di Cirebon.

Makna dan Pentingnya Tradisi.

Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi bukan sekadar ritual, tetapi juga ekspresi budaya yang kaya nilai spiritual. Tradisi ini mengajarkan pentingnya rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana mempererat silaturahmi antara Sultan, keluarga Keraton, abdi dalem, dan masyarakat sekitar.

Keraton Kanoman Cirebon tetap konsisten melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur sekaligus menjaga identitas budaya bangsa. Dengan melibatkan masyarakat dalam prosesi ini, tradisi Nadran dan Sedekah Bumi menjadi simbol harmonisasi antara agama, budaya, dan kehidupan bermasyarakat.

Sebagai warisan budaya yang sarat makna, Tradisi Nadran dan Sedekah Bumi di Cirebon menunjukkan bagaimana agama dan budaya dapat bersinergi untuk membangun peradaban yang berakar pada nilai-nilai spiritual. Pelestarian tradisi ini adalah wujud penghormatan terhadap warisan leluhur sekaligus cara untuk menjaga keutuhan identitas masyarakat Cirebon.
Previous Post Next Post